Raungan suara sepeda motor menderu kencang ditengah jalan, pekikan klakson tiada henti berbunyi diantara hilir mudik beberapa kendaraan yang lewat. Saat iring-iringan sepeda motor melewati simpang jalan, terdengar suara tepukan tangan yang meriah dari para penonton di pinggiran yang sedang asyik melihatnya saat sebuah sepeda motor melaju kencang.
Tidak, ini bukanlah adegan seperti dalam film The Legend Of Speed, yang dibintangi oleh Ekin Cheng di jalan raya Hongkong.
Atau juga bukanlah bak aksi Xander Cage yang melarikan diri dari kejaran mafia di sudut kota Praha, Ceko dalam film XXX. Tetapi ini adalah aksi slonong boy, dari beberapa pemuda yang sedang melakukan balap liar saat malam hari. Usai berkunjung ke kawasan Pulo Gadung untuk menyaksikan pertandingan sepak bola liga Spanyol, saya pun kembali pulang menuju rumah. Ketika melewati jalan Pemuda Raya, sebelum perempatan Pramuka, tanpa sengaja saya melihat puluhan sepeda motor sedang berjejer di tepi jalan dengan pemiliknya yang sedang berdiri memandang ke arah ujung jalan. Awalnya saya hanya melewati mereka saja tanpa berpikir yang lainnya, namun tatkala melihat dari spion kanan, tampak dibelakang sepeda motor saya terdapat beberapa kendaraan yang melaju kencang. Dengan penasaran saya pun menepikan kendaraan untuk mencari tahu, yang ternyata beberapa sepeda motor itu sedang melakukan balapan liar.
Sambil memandang ke arah jalan, saya pun memperhatikan aksi balapan tersebut dari dekat sembari menghampiri beberapa remaja yang juga asyik memelototi adegan balap liar yang seru sekaligus mematikan. Saat saya menanyakan kepada beberapa remaja itu, mereka tampak serius menyimak jalannya balapan liar, ada yang memakai motor bebek, vespa, motor sport hingga matic. Ketika itu salah seorang dari mereka mengatakan bahwa hampir setiap malam minggu di kawasan tersebut memang sering diadakan balapan ilegal. Biasanya diselingi dengan taruhan kecil-kecilan yang berkisar antara 100 ribu hingga jutaan rupiah, sebuah nilai yang lumayan besar dari balapan jalanan. Selain karena uang, ada juga yang melakukan balapan untuk sekadar gengsi, yaitu menaikkan pamor klub motornya ataupun komunitas mereka. Salah seorang dari mereka yang memakai syal bergambar sebuah logo merk sepeda motor, turut menimpali bahwa aksi tersebut juga untuk menaikkan citra dari bengkel motor yang biasanya akan laris bila ada pemuda yang memenangi balap liar hasil rombakan dari bengkel tersebut. Ketika saya juga menanyakan sampai jam berapa aksi balap motor ini berlangsung, mereka menjawab serempak, kalau ada Teke (Polisi) patroli, baru pada bubar. Saya yang mendengarkan penuturan mereka pun hanya bisa manggut-manggut kepala sembari terus membidikan kamera saat ada pembalap ilegal yang lewat. Dan, ternyata memang benar, sebab tidak lama kemudian dari jauh lewatlah sebuah mobil kendaraan patroli yang langsung ditanggapi dengan cepat oleh mereka yang sedang nongkrong hingga berpencar dan lari berhamburan mencari selamat.
Apa yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dan remaja tersebut saat melakukan aksi balap liar, memang sangat meresahkan warga sekitar. Seperti yang diutarakan oleh seorang penjaga kios minuman, bahwa balapan liar selain membahayakan diri pribadi, juga sangat berbahaya untuk pengendara lainnya. Terutama karena aksi kebut-kebutan dan saling salip-menyalip, tanpa memerdulikan ada mobil atau kendaraan lainnya di depan maupun belakang mereka. Seolah mereka adalah “raja jalanan” di kawasan tersebut, padahal sejatinya apa yang dilakukan sangat beresiko menyebabkan kecelakaan hingga meninggal dunia di tempat. Walaupun sudah banyak contoh yang tewas karena balapan liar di kawasan tersebut, tetap saja mereka tidak kapok sama sekali. “Orang itu mungkin pade punya nyawa dobel kali Mas, jadi ga bisa mati waktu balapan” seloroh seorang sang penjaga kios terlihat kesal karena sering membuat berisik di malam hari. Memang benar juga apa yang diucapkannya, sebab saat saya melihat dengan mata kepala sendiri juga sama. Pembalap liar itu sama sekali nekat dan seperti menantang maut, karena saat mengendarai sepeda motor tidak ada satupun yang memakai helm. Belum lagi mereka sering memotong jalan tanpa menyalakan lampu sein, hingga membuat pengendara lain di depannya terlihat keder.
Juga suara bising dari knalpot yang memekakkan teling, sungguh mengganggu warga sekitar di kawasan tersebut. Tetapi tidak hanya di jalan Pemuda, 3 minggu lalu saat mengunjungi Monumen Nasional usai dari jalan-jalan di kawasan Kota Tua. Saya pun melihat aksi balapan liar yang terjadi di jalan Medan Merdeka Utara. Dari sisi utara Monas, berderet kendaraan untuk menyaksikan balapan liar, yang dilakukan sekelompok pemuda. Saat itu, sepeda motor yang sedang adu balap, sangatlah berkelas karena terlihat dari tipenya yaitu motor Sport dengan cc diatas 150. Ironisnya, mereka melakukan balapan liar terbilang nekat, karena lokasinya tidak terpaut jauh dari Istana Negara, tempat RI 1 berada. Mereka memulai balapan dari arah bawah jembatan kereta Gambir hingga memutar di depan Istana Negara. Aksi yang dilakukan sungguh nekat, sebab melewati gedung Makhamah Agung dan tentu Istana sendiri yang dijaga oleh Paspamres.
Sangat disayangkan bagi mereka yang melakukan aksi balap liar apabila hanya karena gengsi sesaat, hingga menyebabkan kehilangan nyawa. Padahal masih banyak lagi kegiatan untuk berekpresi bagi pemuda dan remaja, seperti futsal dan olah raga lain, dibanding balapan ilegal yang setiap saat selalu diintai sang Maut. Selain di jalan Pemuda dan kawasan Monas, saya beberapa kali sempat menyaksikan aksi kebut-kebutan remaja pada malam hari saat melewati beberapa ruas jalan, diantaranya adalah. - Kemayoran: Di kawasan ini yang bekas bandara, sering sekali terjadi aksi ngetrek, atau balapan liar baik sepeda motor, mobil bahkan Bajaj! - Jalan Mas Mansyur, Tanah Abang: Tepat di seberang Taman Pemakaman Umum Karet Tengsin dan Karet Bivak, di kawasan ini sering juga terjadi aksi balapan liar, seperti saat saya melewatinya beberapa minggu lalu. - Jalan Latumeten dan Kyai Tapa, Grogol: Di dua ruas jalan ini, acapkali terjadi balapan liar, bahkan ada seorang tetangga saya yang masih berusia 18 tahun kecelekaan saat sepeda motornya nyungsep di parit akibat aksi kebut-kebutan bersama beberapa kawannya. - Jalan Daan Mogot: Mulai dari perempatan lampu merah Grogol hingga lewat jalan layang Pesing, tidak jarang dijadikan ajang “mengetes” sepeda motornya hasil korekan bengkel.
Terakhir saya melewatinya pada malam hari, saat menjelang Idul Fitri lalu. - Jalan Bandengan: Bagi yang tinggal di kawasan Jakarta Utara, tentu mengenal jalan Bandengan yang panjang dan mulus ini kerap digunakan segelintir orang untuk kebut-kebutan. Mulai dari pertigaan pejagalan, pasar pagi hingga perempatan Jembatan Tiga dan bablas menuju Kapuk. Untuk itu kepada Kawan Kompasianer yang melewati jalur tersebut pada malam hari, hendaknya ekstra hati-hati. Karena tanpa disadari, mereka kerap memotong jalan kita tanpa memberitahu terlebih dahulu lewat klakson dan lampu sein.
Atau juga bukanlah bak aksi Xander Cage yang melarikan diri dari kejaran mafia di sudut kota Praha, Ceko dalam film XXX. Tetapi ini adalah aksi slonong boy, dari beberapa pemuda yang sedang melakukan balap liar saat malam hari. Usai berkunjung ke kawasan Pulo Gadung untuk menyaksikan pertandingan sepak bola liga Spanyol, saya pun kembali pulang menuju rumah. Ketika melewati jalan Pemuda Raya, sebelum perempatan Pramuka, tanpa sengaja saya melihat puluhan sepeda motor sedang berjejer di tepi jalan dengan pemiliknya yang sedang berdiri memandang ke arah ujung jalan. Awalnya saya hanya melewati mereka saja tanpa berpikir yang lainnya, namun tatkala melihat dari spion kanan, tampak dibelakang sepeda motor saya terdapat beberapa kendaraan yang melaju kencang. Dengan penasaran saya pun menepikan kendaraan untuk mencari tahu, yang ternyata beberapa sepeda motor itu sedang melakukan balapan liar.
Sambil memandang ke arah jalan, saya pun memperhatikan aksi balapan tersebut dari dekat sembari menghampiri beberapa remaja yang juga asyik memelototi adegan balap liar yang seru sekaligus mematikan. Saat saya menanyakan kepada beberapa remaja itu, mereka tampak serius menyimak jalannya balapan liar, ada yang memakai motor bebek, vespa, motor sport hingga matic. Ketika itu salah seorang dari mereka mengatakan bahwa hampir setiap malam minggu di kawasan tersebut memang sering diadakan balapan ilegal. Biasanya diselingi dengan taruhan kecil-kecilan yang berkisar antara 100 ribu hingga jutaan rupiah, sebuah nilai yang lumayan besar dari balapan jalanan. Selain karena uang, ada juga yang melakukan balapan untuk sekadar gengsi, yaitu menaikkan pamor klub motornya ataupun komunitas mereka. Salah seorang dari mereka yang memakai syal bergambar sebuah logo merk sepeda motor, turut menimpali bahwa aksi tersebut juga untuk menaikkan citra dari bengkel motor yang biasanya akan laris bila ada pemuda yang memenangi balap liar hasil rombakan dari bengkel tersebut. Ketika saya juga menanyakan sampai jam berapa aksi balap motor ini berlangsung, mereka menjawab serempak, kalau ada Teke (Polisi) patroli, baru pada bubar. Saya yang mendengarkan penuturan mereka pun hanya bisa manggut-manggut kepala sembari terus membidikan kamera saat ada pembalap ilegal yang lewat. Dan, ternyata memang benar, sebab tidak lama kemudian dari jauh lewatlah sebuah mobil kendaraan patroli yang langsung ditanggapi dengan cepat oleh mereka yang sedang nongkrong hingga berpencar dan lari berhamburan mencari selamat.
Apa yang dilakukan oleh sekelompok pemuda dan remaja tersebut saat melakukan aksi balap liar, memang sangat meresahkan warga sekitar. Seperti yang diutarakan oleh seorang penjaga kios minuman, bahwa balapan liar selain membahayakan diri pribadi, juga sangat berbahaya untuk pengendara lainnya. Terutama karena aksi kebut-kebutan dan saling salip-menyalip, tanpa memerdulikan ada mobil atau kendaraan lainnya di depan maupun belakang mereka. Seolah mereka adalah “raja jalanan” di kawasan tersebut, padahal sejatinya apa yang dilakukan sangat beresiko menyebabkan kecelakaan hingga meninggal dunia di tempat. Walaupun sudah banyak contoh yang tewas karena balapan liar di kawasan tersebut, tetap saja mereka tidak kapok sama sekali. “Orang itu mungkin pade punya nyawa dobel kali Mas, jadi ga bisa mati waktu balapan” seloroh seorang sang penjaga kios terlihat kesal karena sering membuat berisik di malam hari. Memang benar juga apa yang diucapkannya, sebab saat saya melihat dengan mata kepala sendiri juga sama. Pembalap liar itu sama sekali nekat dan seperti menantang maut, karena saat mengendarai sepeda motor tidak ada satupun yang memakai helm. Belum lagi mereka sering memotong jalan tanpa menyalakan lampu sein, hingga membuat pengendara lain di depannya terlihat keder.
Juga suara bising dari knalpot yang memekakkan teling, sungguh mengganggu warga sekitar di kawasan tersebut. Tetapi tidak hanya di jalan Pemuda, 3 minggu lalu saat mengunjungi Monumen Nasional usai dari jalan-jalan di kawasan Kota Tua. Saya pun melihat aksi balapan liar yang terjadi di jalan Medan Merdeka Utara. Dari sisi utara Monas, berderet kendaraan untuk menyaksikan balapan liar, yang dilakukan sekelompok pemuda. Saat itu, sepeda motor yang sedang adu balap, sangatlah berkelas karena terlihat dari tipenya yaitu motor Sport dengan cc diatas 150. Ironisnya, mereka melakukan balapan liar terbilang nekat, karena lokasinya tidak terpaut jauh dari Istana Negara, tempat RI 1 berada. Mereka memulai balapan dari arah bawah jembatan kereta Gambir hingga memutar di depan Istana Negara. Aksi yang dilakukan sungguh nekat, sebab melewati gedung Makhamah Agung dan tentu Istana sendiri yang dijaga oleh Paspamres.
Sangat disayangkan bagi mereka yang melakukan aksi balap liar apabila hanya karena gengsi sesaat, hingga menyebabkan kehilangan nyawa. Padahal masih banyak lagi kegiatan untuk berekpresi bagi pemuda dan remaja, seperti futsal dan olah raga lain, dibanding balapan ilegal yang setiap saat selalu diintai sang Maut. Selain di jalan Pemuda dan kawasan Monas, saya beberapa kali sempat menyaksikan aksi kebut-kebutan remaja pada malam hari saat melewati beberapa ruas jalan, diantaranya adalah. - Kemayoran: Di kawasan ini yang bekas bandara, sering sekali terjadi aksi ngetrek, atau balapan liar baik sepeda motor, mobil bahkan Bajaj! - Jalan Mas Mansyur, Tanah Abang: Tepat di seberang Taman Pemakaman Umum Karet Tengsin dan Karet Bivak, di kawasan ini sering juga terjadi aksi balapan liar, seperti saat saya melewatinya beberapa minggu lalu. - Jalan Latumeten dan Kyai Tapa, Grogol: Di dua ruas jalan ini, acapkali terjadi balapan liar, bahkan ada seorang tetangga saya yang masih berusia 18 tahun kecelekaan saat sepeda motornya nyungsep di parit akibat aksi kebut-kebutan bersama beberapa kawannya. - Jalan Daan Mogot: Mulai dari perempatan lampu merah Grogol hingga lewat jalan layang Pesing, tidak jarang dijadikan ajang “mengetes” sepeda motornya hasil korekan bengkel.
Terakhir saya melewatinya pada malam hari, saat menjelang Idul Fitri lalu. - Jalan Bandengan: Bagi yang tinggal di kawasan Jakarta Utara, tentu mengenal jalan Bandengan yang panjang dan mulus ini kerap digunakan segelintir orang untuk kebut-kebutan. Mulai dari pertigaan pejagalan, pasar pagi hingga perempatan Jembatan Tiga dan bablas menuju Kapuk. Untuk itu kepada Kawan Kompasianer yang melewati jalur tersebut pada malam hari, hendaknya ekstra hati-hati. Karena tanpa disadari, mereka kerap memotong jalan kita tanpa memberitahu terlebih dahulu lewat klakson dan lampu sein.
0 komentar:
Post a Comment